Sabtu, 01 Agustus 2009

PEMBANGUNAN INDUSTRI

PEMBANGUNAN INDUSTRI

PERANAN SEKTOR INDUSTRI DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI
Proses industrialisasi dan pembangunan industri ini sebenarnya merupakan satu jalur kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat yang lebih maju maupun taraf hidup yang lebih bermutu. Dengan kata lain, pembangunan industri itu merupakan suatu fungsi dari tujuan pokok kesejahteraan rakyat, bukan merupakan kegiatan yang mandiri untuk hanya sekedar mencapai fisik saja.

Industrialisasi juga tidak terlepas dari usaha untuk meningkatkan mutu sumberdaya manusia dan kemampuannya memanfaatkan secara optimal sumberdaya alam dan sumber daya lainya. Hal ini berarti pula sebagai suatu usaha untuk meningkatkan produktivitas tenaga manusia disertai usaha untuk meluaskan ruang lingkup kegiatan manusia. Dengan demikian dapat diusahakan secara “vertikal” semakin besarnya nilai tambah pada kegiatan ekonomi dan sekaligus secara “horizontal” semakin luasnya lapangan kerja produktif bagi penduduk yang semakin bertambah.

Kita telah sering mendengar pendapat bahwa industri itu mempunyai peranan penting sebagai sector pemimpin (leading sector). Leading sector ini maksudnya adalah dengan adanya pembangunan industri maka akan memacu dan mengangkat pembangunan sektor-sektor lainya seperti sektor pertanian dan sektor jasa, misalnya. Pertumbuhan industri yang pesat akan merangsang pertumbuhan sector pertanian untuk menyediakan bahan-bahan baku bagi industri. Sector jasapun berkembang dengan adanya industrialisasi tersebut, misalnya berdirinya lembaga-lembaga keuangan, lembaga-lembaga pemasaran pemasaran/periklanan, dan sebagainya, yang kesemuanya itu nanti akan mendukung lajunya pertumbuhan industri. Seperti diungkapkan di muka, berarti keadaan menyebabkan meluasnya peluang kerja yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan dan permintaan masyarakat (daya beli). Kenaikan pendapatan dan peningkatan daya beli (permintaan) tersebut menunjukkan bahwa perekonomian itu tumbuh sehat.


Menurut criteria UNIDO (united nations for industrial development organization) Negara-negara dikelompokkan sebagai berikut:
• Kelompok Negara non-industri apa bila sumbangan sector industri terhadap PDB kurang dari 10 persen.
• Kelompok Negara dalam proses industrialisasi apabila sumbangan tersebut antara 10-20 persen.
• Kelompok Negara semi industrialisasi jika sumbang tersebut antara 20-30 persen, dan
• Kelompok Negara industri jika sumbangan tersebut lebih dari 30 persen.

Perroux mengatakan, pertumbuhan tidak muncul di berbagai daerah pada waktu yang sama. Pertumbuhan hanya terjadi di beberapa tempat yang disebut pusat pertumbuhan dengan intensitas yang berbeda. Inti dari perroux adalah sebagai berikut:
1. Dalam proses pembangunan akan timbul industri pemimpin yang merupakan industri penggerak utama dalam pembangunan suatu daerah. Karena keterkaitan antar industri sangat erat, maka perkembangan industri pemimpin akan mempengaruhi perkembangan industri lain yang berhubungan erat dengan industri pemimpin tersebut.
2. Pemusatan industri pada suatu daerah akan mempercepat pertumbuhan perekonomian, karena pemusatan industri akan menciptakan pola konsumsi yang berbeda antar daerah sehingga perkembangan industri di daerah tersebut akan mempengaruhi perkembangan daerah-daerah lainya.
3. Perekonomian merupakan ganbungan dari sistem industri yang relative aktif dengan industri-industri yang relative pasif yaitu industri yang tergantung dari industri pemimpin atau pusat pertumbuhan. Daerah yang relative maju atau aktif akan mempengaruhi daerah-daerah yang relative pasif.

KETERKAITAN ANTAR INDUSTRI
Pendapat-pendapat yang mendukung investasi dalam bidang industri sebagai suatu prioritas pembangunan bukan hanya didasarkan kepada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pertumbuhan industri menyertai pembangunan. Para penganjur industri yang pertama kali menunjukkan bahwa industri merupakan suatu sector pemimpin karena industri tersebut merangsang dan mendorong investasi-investasi di sector-sector lain juga. Pola perkembangan industri, dimana diikuti oleh barang-barang yang diproduksi untuk industri-industri, menunjukkan bahwa keterkaitan di dalam industri sendiri maupun dengan sector lainya, perlu waktu untuk dikembangkan.

Konsep pertumbuhan tidak seimbang dari Albert O. Hirschman yang dibahas dalam bab 4 menunjukkan bahwa pertumbuhan yang cepat dari satu atau beberapa industri mendorong perluasan industri-industri lainya yang terkait dengan sector industri yang tumbuh lebih dahulu tersebut. Keterkaitan-keterkaitan ini bisa keterkaitan belakang jika pertumbuhan tersebut misalnya, industri tekstil menyebabkan dalam produksi kapas atau zat-zat pewarna untuk disediakan bagi industri tekstil tersebut. Keterkaitan tersebut bisa juga keterkaitan ke depan yaitu jika adanya industri tekstil domestic tersebut mendorong tumbuhnya investasi dalam industri pakaian jadi misalnya.

INDUSTRI DAN TUJUAN PEMBANGUNAN
Setelah melihat industri dari berbagai perspektif di bagian muka, kita bisa mencapai kesepakatan akan peranan yang diharapkan dari industri terhadap pembangunan. Pertama, industrialisasi bukanlah suatu “ obat yang paling mujarab” untuk mengobati keterbelakangan. Tidak ada satupun factor produksi, atau kebijaksanaan, atau sector, atau penekanan yang bisa menyelesaikan secara sendiri-sendiri perubahan-perubahan yang rumit yang kita sebut “pembangunan”. Demikian pula halnya dengan industri. Tetapi industri ini mempunyai 2 pengaruh yang penting dalam setiap program pembangunan. Pertama, seperti dibahas dalam model dua sector lewis, produktivitas yang lebih besar dalam industri merupakan kunci untuk meningkatkan pendapatan per kapita. Kedua, industri pengolahan memberikan kemungkinan-kemungkinan yang lebih besar bagi ISI yang efesien dan meningkatkan ekspor daripada kemungkinan dari industri primer saja.
Jika industrialisasi bukan merupakan obat yang mujarab bagi keterbelakangan, demikian juga halnya pembangunan perdesaan. Masing-masing membutuhkan yang lainya, dan akan gagal jika pertumbuhan tidak seimbang serta terlalu jauh. Industri bisa menyediakan input-input produktif, terutama pupuk dan peralatan pertanian yang sederhana, bagi pertanian. Jika kebijaksanaan luar negeri dijalankan dan industri pengolahan telah efesien, input-input tersebut bisa ditawarkan dengan harga yang lebih murah dari pada harga impor. Hubungan tersebut bisa kebalikanya, karena pertanian menyediakan bahan-bahan baku untuk industri, misalnya kapas, tembakau atau karet. Pertanian dan industri juga saling menyediakan pasar bagi barang-barang produksinya masing-masing. Jika pendapatan sector pertanian tersebut tumbuh secara merata. Di mana di butuhkan land-reform dan pembangunan perdesaan yang sangat meluas, maka industri akan menikmati pasar yang lebih luas bagi barang-barang konsumsinya. Sejalan dengan itu. Pertumbuhan pendapatan di perkotaan yang didorong oleh perluasan industri, akan mendorong pertumbuhan output pertanian dan produktivitas melalui kenaikan permintaan akan pangan. Namun demikian, kunci dari permintaan akan pangan tersebut adalah tingkat pengerjaan yang meningkat dan perbaikan distribusi pendapatan di perkotaan.

INDUSTRI SUBTITUSI (ISI)
Salah satu strategi industrialisasi yang dilaksanakan Indonesia, sejak zaman pemerintahan ORBA adalah industri subtitusi impor (ISI). ISI ini diharapkan bisa menghasilkan barang-barang baru si dalam negeri yang semula di impor. Setelah subtitusi impor berhasil, baru kemudian sebagian hasil produknya diekspor. Jadi subtitusi impor ini memegang peranan penting dalam mengenalkan barang-barang baru yang dulunya dimpor dan kemudian dihasilkan sendiri.
Alasan untuk mengadakan ISI ini sebenarnya berbeda-beda antara suatu Negara dengan Negara lain. Namun demikian, berikut ini dijelaskan beberapa alasan penting:
• ISI ini di maksudkan untuk mengurangi atau menghemat penggunaan devisa. Seperti diketahui, hamper semua NSB seringkali mengalami kekurangan devisa. Oleh karena itu, devisa yang sedikit dimiliki harus digunakan secara efektif dan efesien.
• Dengan adanya ISI ini biasanya pemerintah melakukan proteksi terhadapnya dengan cara pembatasan barang-barang impor. Pembatasan barang-barang impor tersebut tentu saja akan mengurangi jumlah barang-barang impor, sementara itu permintaan di dalam negeri masih tetap besar, sehingga pada akhirnya para pengusaha dalam negeri terdorong untuk meningkatkan produksi barang-barang yang terkena pembatasan impor tersebut. Dengan kata lain, ISI ini bisa merangsang kegiatan ekonomi para pengusaha di dalam negeri.
• ISI ini bisa dimaksudkan untuk segera dapat memenuhi kebutuhan sendiri akan berbagai barang industri dan juga karena semangat kemerdekaan yang timbul di NSB, yang kemudian diikuti pula oleh keinginan untuk mencapai kemerdekaan dalam bidang ekonomi.
• Alasan lain bagi adanya ISI ini adalah untuk mengembangkan kegiatan ekonomi di dalam negeri. Walaupun suatu Negara tidak mengalami kesulitan devisa, misalnya, tetapi untuk memajukan perekonomian dan mendorong timbulnya industri-industri utama di dalam negeri, Negara tersebut melakukan proteksi dan memberikan berbagai macam fasilitas kepada para pengusaha. Dengan demikian keuntungan yang diperoleh para pengusaha bisa meningkat dan dapat mendorong kegiatan ekonomi lebih lanjut.

Dalam pelaksanaanya kebijaksanaan ISI ini ada berbagai masalah yang dihadapi oleh NSB yang melaksanakannya. Pertama, kualitas barang yang dihasilkan. Kualitas barang yang dihasilkan di dalam negeri sebagai barang subtitusi impor sering jauh lebih rendah daripada hasil produksi luar negeri.Kualitas yang rendah ini akan sulit untuk diekspor.Dengan demikian,ISI ini bukannya menghemat penggunaan devisa tetapi juga menurunkan penerimaan ekspor.
Kedua, biaya produksi.pada tahap awal industrialisasi bisanya dibutuhkan biaya yang sangat besar digunakan untuk tenaga kerja,membeli mesin mesin, dan membeli bahan bahan baku yang diperlukan.jadi modal yang diperlukan sangat banyak.Oleh karena Negara itu Negara mempuyai modal yang sedikit,maka dalam tahap awal indutrialisasinya terpaksa mendatangkan modal dan tenaga kerja dari luar negeri.
Industri Promosi Ekspor (IPE)
Menurut Anne Krueger (1978), Wakil Presiden Dunia,ada 4 faktor yang menerangkan mengapa setrategi industalisasi promosi ekspor dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih pesat ketimbang setrategi sutitusi ekspor.keempat factor tersebut adalah (1) kaitan sector pertanian dengan sector industri,(2) skala ekonomis (economi of scale), (3) dampak persaingan atas prestasi perusahaan, dan (4) dan kekurangan devisa atas pertumbuhan ekonomi
.
Ad (1) kaitan sector pertanian dengan sector industri
Pengalaman beberapa NSB, antara lain India,RRC dan Filiphina, telah menunjukan bahwa suatu sector pertaniaan yang pertumbuhannya lamban dapat dapat menghambat pertumbuhan ekonomi pada umumnya dan sector industri pada khususnya. Hal ini dapat terjadi karena produksi pertanian yang lamban akan meningkatkan harga pangan, sehingga tingkat upah juga cenderung naik,sehingga pada ahirnya akan dapat menghambat pertumbuhan sector indutri.

Ad (2) Skala ekonomis
Bagi industri industri dimana factor skala ekonomi adalah penting, maka strategi promosi ekspor akan dapat memberikan dorongan dorongan yang lebih kuat kepada perusahaan perusahaan yang baru dari pada dibawah strategi subtitusi import, karena perusahaan perusahaan inidapat menyusun rencana investasi,produksi dan pemasaran mereka atas dasar potensi pasar domestk dan psar ekspor.Dengan strategi promosi ekspor sejak semula dapat dibangun pabrik dengan skala ekonomi yang efisien, oleh karena dalam membangun pabrik pabrik tersebut para indutrialisasi sudah merencanakan untuk memasarkan sebagian dari produksi mereka di pasar dunia.
Ad (3) Persaingan
Suatu segi positif yang penting dari strategi promosi ekspor adalah bahwa persaingan dipasar ekspor mengharuskan para indrialisasi untuk menjajaki berbagai cara untuk menekan biaya produksi mereka sampai ketingkat yang serendah rendahnya,sehingga hasil produksi mereka dapat bersaing dalam harga dipasar ekspor.
Ad (4) Kekurangan devisa
jika kekurangan devisa dapat menghambat pertumbuhan ekonomi yang pesat.pada tingkat makro ekonomi,skala investasi nasional perlu dikurangi,jika diperkirakan bahwa ditahun mendatang akan dihadapi masalah kekurangan devisa.
Pola Penhgembangan Industri
Pengelompakan pola piker industrialasasi scara keseluruhan telah tercakut dalam pola pengembangan indutri Nasional (PPIN) yang dibuat oleh departemen Perindustrian.PPIN tersebut berintikan 6 butir kebijakan:
1. Pengembangan industri yang diarahkan untuk pendalaman dan pemantapan struktur industri serta dikaitkan dengan sector lainnya.
2. pengembangan indutri permesinan dan elektronika penghasil brg modal.
3. Pengembangan industri kecil
4. pembangunan ekspor komuditi industri.
5. pembangunan kemampuan penelitian, pengembangan dan rancang bangun khususnya perangkat lunak dan perekayasaan.
6. Pembangunan kemampuan para wiraswasta dan tenaga kerja indutri berupa manajemen,keahlian,kejujuran serta keterampilan.

Related Posts

PEMBANGUNAN INDUSTRI
4/ 5
Oleh

2 comments

20 Agustus 2009 pukul 17.19 delete

pertamax!!!

kunjungan pertama, masih grogi..
mampir ketempat ku ya..

salam kenal..

Reply
avatar
9 Oktober 2009 pukul 13.36 delete

hmmm hebat selamat juga ya...

tenteng industri keren sob bererti sobat ini sudah matang pemikiranya

Reply
avatar

Sertakan komentar anda