Senin, 01 Juni 2009

Kebangkrutan pers di Indonesia Saat ini

Pers adalah salah satu tonggak kekuatan di kehidupan suatu Negara. Tak heran jika keberlangsungan jalannya hidup pers kerap dikaitkan sebagai cerminan kehidupan rakyat, dalam kaitanya dengan kebebasan informasi. Dalam artian Negara yang memiliki kehidupan pers yang bebas, independen, dan tidak memihak kepada siapapun. Ada yang mengatakan pers adalah seperti pedang tak bertuan, akan melawan siapa saja yang bersalah dalam upaya menegakkan keadilan dan pembelaan hak-hak kaum tertindas.:nangis:
Yang kita ketahui sekarang kebebasan dalam pers terkekakang sedikit demi sedikit. Apa yang terjadi bila pers dikekang? Pertanyaan inilah yang sering diutarakan saat ini. Beberapa waktu yang lalu banyak terjadi kekerasan dan pelecehan terhadap jurnalis. Mungkinkah hal tersebut terjadi apakah karena media massa banyak memberitakan berita-berita krusial. Alhasil pers akan bangkrut dan publikpun tidak lagi percaya akan perlindungan pers. Bila hal ini terus terjadi terus menerus lambat laun tidak ada generasi muda yang mau menjadi pekerja pers.
Apa yang terjadi bila pers di Indonesia bangkrut? Kemungkinan masyarakat harus mencari tahu sendiri segala sesuatu kebutuhannya. Dalam hal ini tinjauan teori komunikasi sangat penting.
Pada dasarnya teks media massa bukan realitas yang bebas nilai. Pada titik kesadaran utama manusia, teks selalu memuat kepentingan. Teks pada prinsipnya telah diambil sebagai realitas yang memihak. Tentu saja teks dimanfaatkan untuk memenangkan pertarungan ide, kepentingan atau ideology kelas tertentu. Pada titik tertentu, teks media pada dirinya sudah bersifat ideologis (Littlejohn 217).
Tapi dalam konstelasi lanjut, yang sepenuhnya harus disadari adalah bukan hanya terletak bahwa teks media selalu bersifat ideologis, tapi terutama adalah kemampuan kita untuk membedakan kuasa teks itu sendiri dengan kuasa struktur makro yang secara sengaja atau tidak disengaja merekonstruksi, merepresantasikan, dan dimaknai teks tersebut (Shoemaker and Reese 1991:53-205). Dalam arti, meski konsumen dan produsen teks media punya opsi bagaimana teks harus disimbolisasikan dan dimaknai, tetap saja ada bingkai aktivitas dan opsi mereka yang terbentuk dan dipengaruhi oleh factor yang berada diluar jangkauan kendali sadar konsumen atau produsen teks media. Oleh sebab itu, diperlukan pengenalan dan pemahaman yang cukup komprehensif atas struktur sistem produksi media, rasionalitas, dan ideology yang berada dibalik teks media yang bersangkutan.
Maka, diperlukan paradigma dan metode penelitian yang mampu menelanjangi, menggali dan mengeksplorasi sturuktur, rasionalitas, dan ideology yang kesemuanya bersifat laten yang termuat dalam sebuah teks media (Dedy N.Hidayat 2000:127-164).


Related Posts

Kebangkrutan pers di Indonesia Saat ini
4/ 5
Oleh

1 comments:

2 Juni 2009 pukul 01.02 delete

So Apa yang terjadi dengan Pers kita sekarang ini? dan kaitannya dengan kekuasaan yang sekarang menggawangi pemerintahan?

kasus sederhana : matinya purwabangsa dibali dan perlindungan buruh pena diindonesia sudah cukup memadaikah?

saya tak begitu tau akan teori.. tinggal bagaimana menyikapi gejala yang terjadi pada kehidupan kita hari ini sebagai bekal diesok hari :D

Reply
avatar

Sertakan komentar anda